Pengangguran bukan sekadar angka dalam laporan statistik—ia mencerminkan tantangan serius yang dihadapi oleh banyak daerah, termasuk Kota Salatiga. Menjawab persoalan ini, Pemerintah Kota Salatiga melalui Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja terus berupaya menghadirkan solusi konkret melalui penguatan sektor industri dan intervensi ketenagakerjaan yang adaptif terhadap kebutuhan zaman.
Dalam menghadapi tantangan ini Dj Gita Nugraha bersama dengan bapak Susanto Adi Wibowo, S.T., M.T. akan membahas seputar strategi serta capaian dalam menurunkan angka pengangguran terbuka (TPT).
Menguatkan Industri Lokal: Mendorong Daya Saing dari Akar
Industri lokal memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan roda perekonomian dari tingkat paling dasar. Di Kota Salatiga, tercatat terdapat 1.618 industri kecil, 25 industri menengah, dan 16 industri besar yang tersebar di berbagai kelurahan. Dari data tersebut, pelaku industri kecil menjadi kelompok dominan yang sekaligus menjadi sasaran utama pembinaan dari Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinnaker).
Berbagai upaya penguatan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pelatihan peningkatan mutu produksi, pendampingan legalitas usaha, hingga sertifikasi halal dan TKDN yang penting untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Disperinnaker juga aktif memfasilitasi keikutsertaan pelaku IKM dalam pameran lokal dan regional, seperti pada event May Day dan promosi produk unggulan daerah. Tak hanya itu, penguatan juga menyentuh aspek pemasaran dan branding melalui pelatihan digital marketing, desain kemasan, serta pengembangan jejaring distribusi.
Intervensi TPT: Menurunkan Angka, Meningkatkan Peluang
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi indikator penting dalam mengukur kondisi ketenagakerjaan suatu daerah. Di Kota Salatiga, penurunan TPT secara konsisten dalam empat tahun terakhir mencerminkan keberhasilan strategi intervensi yang dijalankan. Dari 7,26% pada tahun 2021, angka tersebut turun menjadi 5,58% pada 2022, kemudian 4,57% di tahun 2023, dan kini berada di angka 3,86% per awal 2025. Capaian ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui serangkaian program terstruktur dan responsif terhadap dinamika pasar tenaga kerja.
Salah satu intervensi utama adalah penyelenggaraan pelatihan berbasis keterampilan, yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha dan tren industri terkini. Disperinnaker menyelenggarakan pelatihan menjahit, tata boga, tata rias, barista, desain grafis, digital marketing, dan administrasi perkantoran, baik melalui UPTD Balai Latihan Kerja maupun kemitraan dengan LPK swasta seperti LPK Salib Putih. Peserta pelatihan dipilih melalui proses seleksi karena keterbatasan anggaran, namun program ini terbukti memberikan bekal keterampilan praktis yang memperbesar peluang kerja maupun wirausaha mandiri.
Selain itu, job fair tahunan menjadi jembatan efektif antara pencari kerja dan perusahaan. Tahun lalu, kegiatan ini mempertemukan lebih dari 6.000 pencari kerja dengan sekitar 60 perusahaan mitra, dengan rata-rata penyerapan tenaga kerja mencapai 400 orang setiap event. Untuk memudahkan akses informasi lowongan kerja secara digital, pemerintah juga menyediakan platform Si Olga (Sistem Informasi Lowongan Kerja Salatiga) yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat melalui laman siolga.salatiga.go.id.
Strategi intervensi ini bukan hanya menurunkan angka pengangguran, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri dan daya saing pencari kerja. Dengan terus menyesuaikan program pelatihan dan memperluas kemitraan, Kota Salatiga menargetkan agar peluang kerja tidak hanya tersedia lebih luas, tetapi juga lebih layak dan berkelanjutan.
May Day dan Sinergi Tripartit
Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day tidak hanya menjadi momentum simbolik bagi Kota Salatiga, tetapi juga dimanfaatkan sebagai ruang penguatan hubungan industrial yang harmonis antara tiga pilar utama: pemerintah, pekerja, dan pengusaha—atau yang dikenal dengan konsep tripartit. Dalam hal ini, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja berperan sebagai fasilitator yang menjembatani dialog dan kolaborasi antara serikat pekerja, asosiasi pengusaha (Apindo), serta pihak pekerja secara langsung.
Lebih dari sekadar perayaan, May Day menjadi wadah penting dalam menciptakan komunikasi dua arah yang konstruktif antara para pihak yang terlibat di dunia kerja. Pemerintah daerah berkomitmen menjadikan forum ini sebagai sarana untuk menyerap aspirasi pekerja sekaligus mendorong dunia usaha agar terus memberikan perlindungan dan kesejahteraan yang layak. Sinergi tripartit ini diharapkan dapat membentuk iklim ketenagakerjaan yang sehat, adil, dan berkelanjutan di Kota Salatiga.
Upaya Kota Salatiga dalam menurunkan angka pengangguran dan memperkuat industri lokal menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah-langkah nyata. Melalui pelatihan kerja, job fair, pembinaan industri, hingga kerja sama dengan berbagai pihak, pemerintah berusaha membuka lebih banyak peluang kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dukungan yang terus berjalan ini menjadi harapan agar semakin banyak warga Salatiga memiliki keterampilan, pekerjaan yang layak, dan masa depan yang lebih baik. Dengan semangat kolaborasi, Salatiga bergerak maju menjadi kota yang produktif dan berdaya saing.
Comments are closed