Sekarang ini, hewan peliharaan tidak hanya sekedar hewan saja, namun sudah menjadi bagian dari keluarga. Terkadang, anabul — sebutan untuk hewan berbulu — diperlakukan dengan perhatian dan kasih sayang yang sama seperti anggota keluarga lainnya, mulai dari diberi makanan khusus hingga mendapatkan perawatan kesehatan yang rutin. Tak jarang, perawatan anabul bisa merogoh kocek yang dalam.
Namun, di tengah perhatian yang besar terhadap anabul, masalah vaksinasi rabies sering kali diabaikan. Padahal, vaksinasi rabies sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit mematikan ini, baik bagi hewan peliharaan maupun manusia. Keterlambatan atau kelalaian dalam memberikan vaksinasi rabies dapat menimbulkan risiko serius, sehingga sangat penting bagi pemilik hewan untuk memastikan anabul mereka terlindungi dengan vaksinasi yang tepat waktu.
Seperti biasa, dialog pada hari Senin ini, Dj. Gita Nugraha bersama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan akan membahas permasalahan tentang rabies yang saat ini mulai marak terjadi.
Pengertian Rabies dan Penyebabnya

Rabies merupakan penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Biasanya rabies disebut dengan penyakit 'anjing gila' karena penyakit ini disebabkan oleh virus Lyssavirus (berasal dari bahasa Yunani kuno lyssa, yang berarti "kegilaan" atau "kemarahan"). Virus ini menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan inflamasi otak yang hampir selalu berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Hal ini dikarenakan termasuk sindrom prioritas atau penyakit dengan angka kematian 100%.
Semua hewan berdarah panas dan bertulang belakang bisa terkena rabies, seperti hewan anjing, kucing, kelelawar, rubah, rakun, monyet, dan musang. Namun jenis hewan yang paling terkait dengan penyebaran rabies kepada manusia adalah anjing (98%), kemudian kucing dan kera (2%). Berdasarkan persentase tersebut, tidak heran jika anjing sering dianggap sebagai sumber utama penularan rabies.
Penyebaran virus bisa melalui gigitan, cakaran, atau luka terbuka yang terkena air liur dari hewan yang terinfeksi rabies. Tidak hanya lewat luka terbuka, infeksi rabies juga bisa ditularkan mengenai selaput lendir seperti mata, mulut, atau hidung.
Ciri-ciri hewan dan manusia terkena rabies
Sayangnya penyakit rabies sulit terdeteksi pada awal gejala infeksi karena gejalanya tidak begitu spesifik dan seperti gejala penyakit lainnya, ada yang tidak menunjukkan agresivitas, serta masa inkubasi yang bervariasi. Namun Teman Setia tetap dapat memperhatikan perubahan signifikan pada si anabul, seperti:
- Gelisah dan hiperaktif - suka mondar-mandir, sulit untuk duduk diam
- Disorientasi - tampak bingung atau tersesat di lingkungan yang familiar
- Kejang - merupakan gejala neurologis umum pada rabies stadium lanjut
- Kesulitan menelan - rabies merusak otot-otot yang terlibat dalam menelan
- Air liur berlebihan - karena ketidakmampuan menelan air liur
- Kesuitan makan dan minum

Hewan yang sudah terkena rabies tidak bisa disembuhkan dan cepat atau lambat menuju kematian. Bahkan tak jarang pawrent juga dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan eutanasia. Oleh karena itu penting sekali memberikan vaksin kepada anabul supaya tidak terjangkit rabies. Vaksinasinya pun harus dilakukan berulang setiap tahun agar memberikan kekebalan secara maksimal sebagai strategi pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dalam penanganan hewan yang terjangkit rabies, tentunya akan dikarantina dahulu selama dua minggu apakah ada perubahan pada hewan tersebut. Bila selama masa karantina diketahui bukan rabies, maka dapat dilakukan vaksinasi. Sedangkan bila melebihi dua minggu, akan dilakukan tes uji coba rabies dengan mengirimkan sample darah ke laboratorium.
Sedangkan gejala rabies pada manusia juga sulit terdeteksi pada gejala awalnya. Namun ketika sudah memasuki tahap stadium lanjut, manusia yang terkena rabies akan mengalami kecemasan, kebingungan, halusinasi, dan rasa takut terhadap air (hidrofobia), yang merupakan salah satu tanda khas rabies. Pada tahap lanjut, pasien mungkin mengalami kejang, kelumpuhan, akhirnya koma, dan dapat menyebabkan kematian.
Bila Teman Setia tidak sengaja tergigit oleh hewan liar, langkah yang bisa diambil adalah mencuci luka menggunakan sabun atau detergen dengan air mengalir selama 10-15 menit, setelahnya memberikan antiseptik pada luka tersebut, dan datang ke fasilitas kesehatan.
Jawa Tengah Bebas Rabies: Ayo Vaksinasi si Anabul, Stop Konsumsi Daging Anjing
Sejak tahun 1995 Jawa Tengah sudah bebas dari rabies, lalu dikukuhkan lewat surat keputusan Nomor 892/Kota/TN.560/9/1997 yang menyatakan Jateng bebas rabies. Tentunya hal ini didukung dengan upaya yang konsisten dan terkoordinasi, termasuk program vaksinasi massal pada hewan peliharaan, pengendalian populasi hewan liar, serta edukasi masyarakat tentang pencegahan rabies. Tentunya pemerintah tidak hanya bekerja sendiri, juga bekerja sama dengan beberapa lembaga dan komunitas.
Selain Jawa Tengah, ada 10 provinsi yang bebas dari rabies, yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan. Status bebas rabies di provinsi-provinsi ini menunjukkan keberhasilan program yang dijalankan.
Sayangnya, kebiasaan mengonsumsi daging anjing masih dilakukan, baik sebagai bagian dari kebudayaan maupun kepercayaan terkait kesehatan. Terlebih, pada awal tahun ini, publik dihebohkan oleh kasus penyelamatan 226 ekor anjing yang hendak dijadikan daging konsumsi di Solo Raya, yang terkenal sebagai pusat kuliner daging anjing. Truk yang dihentikan paksa di Semarang itu ternyata membawa anjing-anjing yang dikumpulkan dari daerah Jawa Barat, yang notabene belum bebas dari rabies. Atau bapak kos asal Semarang yang mengonsumsi daging kucing sebagai obat diabetesnya.
Padahal mengonsumsi daging anjing atau kucing hanya membawa risiko penyakit yang serius. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa daging anjing memiliki manfaat kesehatan yang signifikan. Sebaliknya, berbagai studi menyoroti risiko kesehatan yang serius, seperti infeksi bakteri seperti Salmonella dan E. coli, paparan parasit, dan tentu saja rabies. Jadi, mengonsumsi daging anjing sama sekali tidak ada manfaatnya, Teman Setia.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan vaksinasi pada anabul sebagai langkah preventif yang utama. Tapi, ini bukan masalah karena dijadikan bahan pangan, ya Teman Setia, namun untuk kebaikan anabul serta kita, manusia dalam hidup berdampingan.
Permasalahan Rabies di Kota Salatiga
Berdasarkan data dari Rabies Center RSUD, di tahun 2023 ada 162 kasus gigitan yang tercatat. 67 kasus gigitan dialami oleh warga Salatiga, sedangkan 95 kasus gigitan dialami oleh warga di luar lingkup Salatiga. Meski kasus gigitan ini tidak ada yang positif rabies, hal ini berpengaruh pada lalu lintas hewan dalam melacak hewan yang sudah terjangkit rabies. Sedangkan untuk tahun 2024, sudah ada 61 kasus gigitan dengan 42 kasus dialami oleh warga Salatiga. Sebagian kasus disebabkan oleh gigitan kucing yang saat ini sedang trend memelihara kucing atau melakukan street feeding pada kucing liar.
Karena saat ini provinsi Jawa Tengah sedang berulang tahun, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan provinsi mengadakan vaksinasi gratis yang diadakan pada 19 Agustus 2024. Teman Setia bisa mendaftarkan diri lewat gform yang disediakan oleh Dinas Pangan dan Peternakan Kota Salatiga lewat media sosialnya. Hanya ada 50 dosis dimanfaatkan bagi para pawrent untuk kesehatan anabul.
Tapi jangan khawatir kalau Teman Setia tidak mendapatkan jatah. Dinas Pangan dan Peternakan Kota Salatiga juga akan mengadakan vaksinasi dalam rangka Hari Rabies sedunia yang setiap tahun rutin dilakukan dengan penambahan dosis setiap vaksinasinya.
Penting untuk memahami bahwa rabies adalah penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi hewan peliharaan secara rutin dan tindakan pencegahan lainnya. Kesadaran dan edukasi tentang bahaya rabies serta pentingnya vaksinasi merupakan kunci dalam melindungi kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan. Pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat harus terus bekerja sama untuk memastikan bahwa program vaksinasi diterapkan secara konsisten dan efektif, serta meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas hewan.
Bagi Teman Setia yang ingin bertanya terkait rabies dan vaksinasinya dapat mendatangi kantor Dinas Pangan dan Peternakan Kota Salatiga bagian Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang beralamat di Jl. Menur Nomor 27 atau telpon (0298) 325572.
Comments are closed