Salah satu keluhan yang sering dialami wanita saat menstruasi adalah nyeri hebat di perut bagian bawah. Kadang, rasa sakit ini begitu kuat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika Teman Setia sering merasakan hal ini setiap kali haid, bisa jadi itu tanda bahwa Teman Setia mengalami dismenorea!
Untuk membahas lebih dalam tentang dismenorea, NGOBRAS kali ini Dj Gita Nugraha bersama dr. Diah Adiyani Kartikasari, Sp.OG dari RSIA Hermina Mutiara Bunda Salatiga mengajak Teman Setia mengenal apa itu dismenorea, penyebabnya, serta bagaimana cara mengatasinya agar tetap nyaman menjalani aktivitas meski sedang haid.
Apa Itu Dismenorea?
Dismenorea adalah istilah medis untuk menggambarkan nyeri atau kram di perut bagian bawah yang muncul sebelum atau selama menstruasi. Kondisi ini umum terjadi pada wanita dan dapat berkisar dari ringan hingga parah, bahkan mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri ini umumnya terasa di perut bagian bawah dan dapat menjalar ke punggung bawah atau paha.
Menurut dr. Diah, sekitar 50% wanita mengalami masalah dismenorea, dengan 90% di antaranya adalah wanita muda atau remaja. Bahkan, 10–20% wanita mengalami nyeri yang sangat hebat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenorea tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga dapat memperburuk kondisi emosional, apalagi jika disertai dengan stres. Semakin tinggi tingkat stres, semakin kuat pula rasa nyeri yang dirasakan.
Perlu diingat, meski sering dianggap “wajar”, nyeri haid yang terlalu parah sebaiknya tidak diabaikan. Jika rasa sakitnya mengganggu rutinitas sehari-hari, penting untuk memeriksakan diri ke dokter agar diketahui apakah nyeri tersebut termasuk dismenorea primer atau sekunder, atau mungkin menandakan kondisi medis lain yang perlu ditangani.
Penyebab Dismenorea: Bukan Sekadar Haid Biasa
Dismenorea umumnya terjadi akibat kontraksi rahim saat proses peluruhan dinding rahim menjelang dan selama menstruasi. Menurut penjelasan dari dr. Diah, saat dinding rahim meluruh, tubuh akan melepaskan zat bernama prostaglandin. Zat inilah yang memicu kontraksi rahim berlebihan sehingga menyebabkan rasa nyeri.
Penyebab dismenorea bervariasi tergantung pada jenisnya:
1. Dismenorea Primer
Dismenorea primer disebabkan oleh peningkatan produksi hormon prostaglandin oleh lapisan rahim. Hormon ini memicu kontraksi otot rahim untuk membantu meluruhkan lapisan endometrium selama menstruasi. Kontraksi yang kuat dapat menekan pembuluh darah di sekitar rahim, mengurangi suplai oksigen, dan menyebabkan rasa nyeri.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko dismenorea primer meliputi, stres atau depresi, usia di bawah 30 tahun, menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, perdarahan menstruasi yang berat, riwayat keluarga dengan dismenorea, dan merokok.
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi medis yang memengaruhi organ reproduksi, seperti:
1. Endometriosis: Kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim, menyebabkan peradangan dan nyeri.
2. Fibroid Rahim: Tumor jinak yang tumbuh di dinding rahim dan dapat menyebabkan nyeri serta perdarahan berat.
3. Adenomiosis: Kondisi di mana jaringan endometrium tumbuh ke dalam dinding otot rahim, menyebabkan rahim membesar dan nyeri haid yang parah.
4. Penyakit Radang Panggul (PID): Infeksi pada organ reproduksi wanita yang dapat menyebabkan nyeri haid.
5. Stenosis Serviks: Penyempitan leher rahim yang dapat menghambat aliran darah menstruasi, menyebabkan peningkatan tekanan dan nyeri.
6. PCOS (Sindrom Ovarium Polikistik):
Bagaimana Membedakan Dismenorea dengan PMS?
Penting untuk membedakan antara dismenorea dan sindrom pramenstruasi (PMS) karena keduanya memiliki gejala dan penanganan yang berbeda.
1. Waktu Kemunculan Gejala
PMS: Gejala PMS biasanya muncul sekitar 1–2 minggu sebelum menstruasi dan mereda saat menstruasi dimulai atau beberapa hari setelahnya.
Dismenorea: Nyeri haid atau dismenorea umumnya terjadi sesaat sebelum atau selama menstruasi, terutama pada hari-hari awal siklus haid.
2. Jenis dan Intensitas Gejala
PMS: Gejala PMS mencakup kombinasi perubahan fisik, emosional, dan perilaku, seperti mudah lelah, mood swing, nyeri payudara, sampai perut kembung atau gangguan pencernaan.
Dismenorea: Gejala utama dismenorea adalah nyeri atau kram di perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung atau paha. Nyeri ini bisa bersifat ringan hingga parah, dan dalam beberapa kasus dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Penyebab
PMS: Diduga disebabkan oleh fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang memengaruhi neurotransmitter di otak, seperti serotonin yang berperan dalam mengatur suasana hati dan emosi.
Dismenorea: Dismenorea primer disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin yang memicu kontraksi otot rahim. Sedangkan dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti endometriosis, fibroid rahim, atau penyakit radang panggul.
4. Penanganan
PMS: Penanganan meliputi perubahan gaya hidup sehat, seperti olahraga teratur, pola makan seimbang, dan manajemen stres. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengatasi gejala emosional atau fisik yang parah.
Dismenorea: Pengobatan dapat berupa penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk meredakan nyeri, terapi hormonal, atau tindakan medis lain tergantung pada penyebab yang mendasari, terutama pada dismenorea sekunder.

Ada Tes Khusus untuk Dismenorea?
Mungkin Teman Setia bertanya-tanya, apakah ada tes khusus untuk mendiagnosis dismenorea? Jawabannya: tidak ada tes khusus yang secara spesifik bisa mendiagnosis dismenorea. Diagnosis lebih banyak dilakukan melalui wawancara medis (anamnese) dan pemeriksaan fisik seperti USG transvaginal atau USG panggul (pelvic ultrasound).
Bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan awal, namun keluhan nyeri tetap berlanjut atau semakin parah, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan lanjutan yang lebih mendalam, seperti histerosalpingografi, laparoskopi, atau histeroskopi.
Cara Mengurangi Nyeri Dismenorea
Teman Setia bisa saja mengonsumsi obat anti nyeri, namun sebaiknya penggunaannya tetap di bawah pengawasan dokter. Meski dapat membantu meredakan rasa sakit, tetapi hanya mengatasi gejalanya, bukan penyebab utamanya. Bila dikonsumsi terus-menerus tanpa pemeriksaan lebih lanjut, dikhawatirkan malah menutupi kondisi medis lain yang lebih serius. Karena itu, jika rasa nyeri terasa sangat parah atau tidak membaik, penting untuk segera berkonsultasi agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Tapi bila Teman Setia ingin mencoba cara lain yang lebih alami, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu meredakan nyeri. Mulai dari mengompres perut dengan air hangat, rutin berolahraga ringan, mengatur pola makan sehat, hingga mengelola stres dengan teknik relaksasi. Dengan perawatan yang tepat dan konsisten, nyeri dismenorea bisa berkurang, sehingga Teman Setia tetap bisa beraktivitas dengan nyaman meski sedang haid.
Menghadapi dismenorea memang tidak selalu mudah, apalagi jika rasa nyeri sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun, dengan mengenali penyebabnya dan menerapkan berbagai cara penanganan yang tepat, Teman Setia tetap bisa menjalani hari-hari dengan lebih nyaman. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis jika rasa sakit terasa semakin berat atau tidak kunjung membaik. Ingat, tubuh kita selalu memberikan sinyal dan mendengarkannya adalah bentuk perhatian terbaik untuk diri sendiri.
Comments are closed