Jenis-jenis obat (news.uchicago.edu)

Cara Mengatur Jadwal Minum Obat Saat Puasa

Salah satu tantangan terbesar bagi orang yang rutin mengonsumsi obat adalah bagaimana menyesuaikan jadwalnya ketika berpuasa. Jika dalam kondisi normal waktu minum obat bisa tersebar dalam 24 jam, saat Ramadan jendela waktunya menyempit menjadi hanya sekitar 10–11 jam, yaitu sejak berbuka hingga menjelang imsak. Nah, di sinilah diperlukan strategi dan penyesuaian agar efektivitas obat tetap terjaga tanpa mengganggu ibadah.

1. Obat 1 kali sehari
Untuk obat yang diminum sekali sehari, biasanya masih cukup fleksibel. Obat bisa diminum saat berbuka atau sahur, tergantung jenis dan efek sampingnya. Misalnya, furosemide yang bisa meningkatkan frekuensi buang air kecil sebaiknya diminum saat sahur, bukan malam hari. Sebaliknya, obat alergi seperti loratadine atau cetirizine lebih baik diminum saat berbuka karena bisa menimbulkan kantuk.

2. Obat 2 kali sehari
Obat yang harus diminum dua kali sehari umumnya bisa disesuaikan dengan jadwal sahur dan berbuka puasa. Dengan rentang waktu sekitar 12 jam, aturan ini relatif aman dan tetap menjaga kadar obat di dalam tubuh.

3. Obat 3 kali sehari
Di sinilah tantangan muncul. Obat dengan dosis tiga kali sehari sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter, karena rentang waktu puasa tidak memungkinkan pembagian dosis ideal setiap 8 jam. Jika memang harus, pola minum bisa diatur saat sahur, berbuka, dan sekitar pukul 11 malam. Namun, solusi terbaik biasanya adalah mengganti ke obat sejenis yang cukup diminum 1–2 kali sehari.

4. Obat yang harus diminum sebelum atau sesudah makan
Ada obat yang ideal diminum sebelum makan (sekitar 30 menit sebelumnya), dan ada pula yang sebaiknya diminum sesudah makan untuk mencegah iritasi lambung. Misalnya, obat maag biasanya diminum sebelum makan, sehingga saat berbuka bisa dimulai dengan air putih atau camilan ringan terlebih dahulu, lalu obat, baru makan besar. Sementara obat yang menimbulkan mual lebih aman diminum setelah makan.

Karena setiap orang memiliki kondisi tubuh dan jenis obat yang berbeda. Karena itu, penyesuaian jadwal sebaiknya tidak dilakukan sembarangan. Sangat disarankan untuk Teman Setia diharapkan berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum Ramadan agar bisa mendapat resep dengan dosis yang lebih sesuai dengan pola puasa sehingga efektivitas obat tetap optimal.

Pantangan Makanan Saat Puasa Bagi Penderita Penyakit Tertentu

Sekelompok orang yang sedang makan bersama. (Alex Haney/unsplash)

Berpuasa bukan berarti bisa berbuka dengan segala jenis makanan tanpa batas. Justru, penderita penyakit tertentu perlu lebih berhati-hati agar kondisi kesehatannya tetap stabil. Momen berbuka sering kali menggoda dengan berbagai menu lezat, tapi kalau tidak selektif, justru bisa memicu komplikasi. Mari kita bahas beberapa pantangan penting:

1. Penderita Diabetes

Bagi penderita diabetes, pengendalian asupan gula sangat krusial. Terlalu banyak mengonsumsi makanan atau minuman manis bisa menyebabkan lonjakan gula darah yang berbahaya. Penderita diabetes sebaiknya menghindari sirup, kue manis, dan gorengan saat berbuka, lalu menggantinya dengan buah segar atau kurma secukupnya.

2. Penderita Hipertensi dan Penyakit Jantung

Penderita hipertensi dan jantung perlu menghindari makanan tinggi garam dan lemak jenuh. Konsumsi berlebihan bisa menyebabkan tekanan darah naik, mempersempit pembuluh darah, hingga meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Sebagai gantinya, pilih makanan dengan garam rendah, perbanyak sayuran, dan konsumsi protein sehat seperti ikan.

3. Penderita Maag atau Asam Lambung

Orang dengan maag perlu berhati-hati saat berbuka. Langsung makan banyak dalam sekali waktu bisa memicu lonjakan asam lambung. Idealnya, berbukalah dengan air putih atau camilan ringan, lalu berikan jeda sekitar 30 menit sebelum makan besar. Hindari makanan pedas, asam, dan berlemak karena bisa memperparah gejala.

Menjalani ibadah puasa sambil tetap menjaga kesehatan memang butuh strategi, terutama bagi yang rutin mengonsumsi obat atau memiliki penyakit tertentu. Kuncinya adalah memahami jenis obat yang aman, menyesuaikan jadwal minum sesuai kondisi, serta selektif dalam memilih makanan saat sahur dan berbuka. Jangan lupa, konsultasi dengan dokter atau apoteker sangat penting agar pengobatan tetap efektif tanpa mengurangi kualitas ibadah. Dengan cara ini, puasa bukan hanya menjadi momen spiritual, tapi juga kesempatan untuk lebih peduli pada tubuh dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Please follow and like us:
Pin Share

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow by Email
Instagram
Telegram