Teman Setia, pernahkah kalian membayangkan bagaimana rasanya menjadi keluarga dari pasien yang dirawat di ICU? Pikiran yang berkecamuk, perasaan tak menentu, dan harapan yang terus dipanjatkan menjadi bagian dari perjalanan mendampingi orang tersayang di ruang yang dikenal begitu krusial ini. ICU bukan hanya sekadar ruang perawatan intensif, tapi juga tempat berlangsungnya perjuangan hidup yang luar biasa.

Pada kesempatan kali ini, Dj. Gita Nugraha bersama dr. Sugianto Parulian Simanjuntak, Sp.An KIC, seorang dokter spesialis anestesiologi dan subspesialis terapi intensif dari RSIA Hermina Mutiara Bunda mengajak Teman Setia untuk mengenal lebih dekat layanan ICU yang ada di rumah sakit tersebut.

Apa Itu ICU dan Siapa yang Memerlukannya?

ICU atau Intensive Care Unit adalah unit khusus dalam rumah sakit yang dirancang untuk merawat pasien dalam kondisi kritis, yang memerlukan pengawasan intensif oleh dokter dan perawat terlatih. Tidak semua pasien bisa atau harus dirawat di ICU. Keputusan ini bukanlah permintaan pasien atau keluarga, tetapi hasil evaluasi medis berdasarkan sistem pemantauan dan skor perburukan pasien. Artinya, hanya pasien yang benar-benar membutuhkan perawatan khusus dan mendalam yang akan dipindahkan ke ruang ini.

Perbedaan ICU dengan Ruang Rawat Inap Biasa

Ilustrasi Intensive Care Unit (ICU) (Anna Shvets/pexels)

Teman Setia, meski sekilas terlihat seperti kamar rawat inap pada umumnya, ICU memiliki peran yang jauh lebih vital. Perbedaan utamanya terletak pada intensitas pemantauan. Di ruang rawat biasa, pemeriksaan kondisi vital seperti tekanan darah atau suhu tubuh dilakukan setiap beberapa jam sekali. Tapi di ICU, semuanya diawasi secara ketat—detik demi detik, menit ke menit. Hal ini karena pasien yang dirawat di ICU umumnya berada dalam kondisi kritis yang bisa berubah dengan cepat, sehingga butuh penanganan segera.

Yang menarik, ICU juga memiliki kategori berbeda sesuai dengan usia pasien. Di RSIA Hermina Mutiara Bunda, ICU tidak hanya diperuntukkan bagi orang dewasa. Ada juga ruang ICU untuk anak-anak (PICU) dan bayi (NICU). Masing-masing ruang ini dilengkapi dengan tenaga medis khusus yang terlatih sesuai dengan kebutuhan usia pasien. Jadi, tidak perlu khawatir, karena setiap pasien, baik yang baru lahir hingga lansia akan mendapatkan perawatan intensif yang paling sesuai dengan kondisinya.

Lalu bagaimana dengan kehadiran keluarga? Di ruang rawat biasa, pasien umumnya bisa ditemani satu penunggu setiap saat. Tapi tidak demikian di ICU. Karena sifat perawatannya yang intensif dan jumlah pasien yang terbatas, keluarga tidak diperkenankan mendampingi pasien secara langsung di dalam ruangan.

Namun tenang, Teman Setia, RSIA Hermina tetap menyediakan waktu khusus bagi keluarga untuk melihat kondisi pasien—biasanya setelah kegiatan perawatan harian seperti memandikan pasien. Jendela akan dibuka, dan keluarga bisa melihat serta memastikan bahwa orang terkasih dirawat dengan baik. Untuk informasi lebih lengkap, keluarga bisa langsung berkonsultasi dengan tim perawat atau dokter yang bertugas.

Siapa Dokter Intensivist dan Apa Perannya?

Ilustrasi dokter dan perawat yang sedang mengecek kondisi pasien di ICU (Bagoes Ilhamy/unsplash)

Mungkin Teman Setia belum begitu akrab dengan istilah “dokter intensivist”. Wajar saja, karena tidak semua rumah sakit memiliki dokter dengan keahlian khusus ini. Dokter intensivist adalah dokter yang memiliki subspesialisasi di bidang perawatan intensif. Mereka bukan hanya lulusan spesialis biasa, tetapi telah menjalani pendidikan lanjutan yang secara khusus mempelajari bagaimana menangani pasien-pasien dalam kondisi paling kritis.

Seperti yang dijelaskan oleh dr. Sugianto Parulian Simanjuntak, Sp.An KIC, beliau adalah seorang spesialis anestesiologi yang kemudian mengambil subspesialisasi di bidang terapi intensif. Perjalanan pendidikannya cukup panjang: dari dokter umum, melanjutkan ke spesialis anestesi, dan kemudian memperdalam keahlian dalam menangani kondisi gawat di ICU. Artinya, dokter seperti beliau memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang berbagai kegawatdaruratan medis, mulai dari gangguan pernapasan, gagal ginjal, hingga masalah jantung dan kesadaran.

Peran seorang intensivist sangat penting di ruang ICU. Mereka bukan hanya bertugas mengatur obat atau alat bantu medis, tapi juga menjadi pengambil keputusan utama saat kondisi pasien berubah cepat. Intensivist bekerja sama erat dengan perawat ICU, dokter spesialis lain, dan tim medis rumah sakit untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan paling tepat dan menyeluruh. Bahkan, mereka juga terlibat aktif dalam proses komunikasi dengan keluarga pasien, menjelaskan kondisi pasien secara runtut agar tidak menimbulkan kebingungan atau kekhawatiran berlebih.

Karena ruang ICU membutuhkan layanan 24 jam penuh, dokter intensivist dan timnya harus selalu siap sedia dalam kondisi on-call. Jadi kapan pun terjadi perubahan kondisi pada pasien, tindakan cepat bisa segera dilakukan. Kehadiran mereka ibarat penjaga garda terdepan dalam mempertahankan kehidupan para pasien di situasi paling kritis.

ICU Bukan Akhir: Harapan, Doa, dan Peran Keluarga

Ilustrasi kata harapan dalam bahasa Inggris (Dayne Topkin/unsplash)

ICU bukan akhir dari segalanya. Justru di ruang itulah banyak kisah penuh harapan bermula. Menurut dr. Sugianto, beberapa pasien yang sempat tidak sadarkan diri atau dalam kondisi kritis bisa menunjukkan kemajuan luar biasa—bahkan membaik secara tiba-tiba, seperti mukjizat. Ada yang awalnya gagal ginjal namun fungsi organnya pulih, ada pula yang tak sadarkan diri karena keracunan tapi kemudian sadar dan responsif kembali.

Peran keluarga dalam proses penyembuhan ini ternyata sangat penting, Teman Setia. Meski tidak bisa menunggu di dalam ruang ICU seperti di kamar rawat biasa, keluarga tetap memiliki peran besar. Ketika pasien tidak sadarkan diri sekalipun, kata-kata penguatan dan doa dari orang terdekat bisa memberikan dampak, setidaknya secara psikologis dan emosional. Walau secara medis masih diteliti lebih jauh, ada penelitian yang menunjukkan bahwa suara orang terdekat bisa memberikan respons pada gelombang otak pasien yang koma.

Karena itu, keluarga sebaiknya tetap tenang dan aktif berkomunikasi dengan tim medis. Ketidakpastian memang menakutkan, tapi justru itulah alasan pentingnya bertanya dan mencari tahu. Di RSIA Hermina, tim ICU sudah terlatih untuk melakukan komunikasi efektif. Mereka tidak hanya merawat secara medis, tetapi juga memberi pemahaman pada keluarga pasien tentang kondisi yang sedang dihadapi, langkah perawatan yang ditempuh, dan harapan yang masih bisa diperjuangkan.

Ketika mendengar seseorang dirawat di ICU, rasa khawatir adalah hal yang wajar. Namun penting untuk diingat, ICU bukanlah ruang tanpa harapan. Di balik alat-alat medis dan pemantauan intensif, ada tenaga kesehatan yang bekerja sepenuh hati untuk menyelamatkan nyawa. Keluarga pun memiliki peran besar—dengan tetap tenang, aktif bertanya, dan terus memberikan dukungan moril. Semoga dengan pemahaman yang lebih baik tentang layanan ICU di RSIA Hermina Mutiara Bunda, kita bisa menyikapi situasi kritis dengan lebih bijak dan penuh harapan.

Please follow and like us:
Pin Share

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow by Email
Instagram
Telegram