via: vancouver.citynews.ca

Teman setia, siapa nih ya tidak kenal dengan sosial media, dari yang berumur anak-anak hingga orang tua sering memakai sosial media dimana tempatnya. Sosial media bukanlah hal baru bagi kita semua. Meskipun demikian, menurut Hasil riset IDN Research Institute dengan Alvara Research Center tentang penggunaan sosial media. Usia yang dikenal pengguna terbanyak sosial media dipegang oleh usia 20-30 dengan rentang  angka 18,9%.

Realitas sosial tidak pernah berbohong kepada kehidupan, sosial media tidak hanya difungsikan sebagai ruang bersosialisasi dan berinteraksi untuk mendapatkan relasi. Akan tetapi, lebih kepada untuk aktualisasi diri sampai ada yang mengira itu sebagai ruang mengekspresikan diri untuk mendapatkan kesenangan yang instan.

Lagu semasa kecil kita pun luntur termakan waktu yang kita nyanyikan selama kecil “bangun tidur ku terus mandi” lagu ini sudah tidak tidak relevan lagi untuk anak-anak masa sekarang. Semakin aneh bagi kehidupan sekarang yang mana sekarang masyarakat bangun tidur terus memegang smartphone mereka untuk melihat sosial media.

Dopamin

Senyawa kimia organik berfungsi sebagai hormon dan neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap sensasi atau kebahagiaan disebut dengan dopamin. Dopamin ini mendapatkan nama unik sebagai happy hormone selain hormon serotonin, oksitosin dan endorphin yang juga memiliki tanggung jawab yang sama.

Hormon dopamin sangat penting bagi tubuh dan otak, kekurangan dopamin juga akan menjadi bahaya bagi tubuh kita yang akan menyebabkan minimnya motivasi, kurang antusias, sulit berkonsentrasi bahkan sampai mengalami penyakit seperti Parkinson maupun depresi. Terlalu banyak dopamin juga bakal menjadikan dampak negatif bagi tubuh. 

Sosial media merupakan salah satu contoh bagian dari dampak negatif dopamin jika mengkonsumsi secara berlebihan. Lihat saja berapa jam perhari kita menscroll sosial media dari tik-tok, Instagram, twitter dan aplikasi sosial media lainnya. kemudian, interaksi sosial media juga menjadi salah satu faktor diantara banyak faktor yang memunculkan hormon dopamin dalam otak seperti mendapatkan like yang banyak, view yang banyak ataupun mendapat pujian positif dari netizen.

Sosial Media Detoks

Apakah teman setia sudah mengetahui apa itu sosial media detoks? Sosial media detoks merupakan konsep dimana kita berhenti sejenak untuk melakukan aktivitas media sosial dan mengalihkan diri dengan kegiatan kegiatan lain. Tidak hanya tubuh yang butuh detoks dari makanan, jiwa pun seperti itu membutuhkan untuk melakukan sosial media detoks. Sebab sosial media itu bukan hanya punya sisi positif tapi juga punya sisi negatif. 

Beberapa tanda kamu perlu yang kamu lakukan untuk menjalankan sosial media detoks menurut idntimes seperti:

  1. Bangun tidur langsung memegang smartphone,
  2. Orang terdekat merasa terabaikan karena sosial media,
  3. Iri dan membandingkan kehidupanmu dengan orang lain di media sosial,
  4. Stalking di media sosial jadi salah satu hobi,
  5. Menghabiskan waktu dengan sharing kehidupanmu di media sosial,
  6. Kamu mengidap nomophobia,
  7. Selalu cek ponsel setia saat.

Untuk solusinya teman setia bisa lakukan beberapa hal berikut untuk menghindari sosial media dopamin seperti hindari membuka media sosial saat bangun tidur, mematikan notifikasi, batasi waktu penggunaan, unfollow atau hide beberapa akun, buat challange untuk diri sendiri, hapus aplikasi dan melakukan aktivitas lain.

About Post Author

Bagikan Dengan Sekali Klik: