KBRN, Dompu: Menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadan, bukan berarti tidak dapat menjalankan aktivitas seperti pada hari-hari biasa.
Terutama bagi anda yang menyukai kegiatan olahraga dan rekreasi seperti hiking atau mendaki gunung.
Di Dompu, Nusa Tenggara Barat, selain Gunung Tambora banyak beragam pilihan tempat hiking dengan beragam medan yang bervariasi serta pemandangan yang indah, salah satunya di Doro Wadu Na’e.
Doro Wadu Na’e dalam bahasa lokal berarti gunung atau bukit batu besar, sejak dua tahun terakhir ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Dompu.
Selain medan yang cukup ringan dan dekat dengan perkotaan, sehingga tempat ini menjadi favorit para wisatawan, terutama di bulan Suci Ramadan.
Meski masuk dalam wilayah Kelurahan Kandai Satu, Kecamatan Dompu, menuju bukit ini dapat diakses melalui Dusun Pandai, Desa Kareke, Kecamatan Dompu, adalah yang terdekat.
Pendaki juga bisa melewati Kelurahan kandai Satu, meski agak sedikit jauh. Sejak tahun 2020, Kelompok Sadar Wisata (Pok Darwis) Kelurahan Kandai Satu, menata jalur pedakian lebih pendek dengan tanjakan yang standar.
Dedy Arsik, Lurah Kandai Satu, mengatakan, penataan jalur pendakian ke Wadu Na’e saat Ramadan, lebih cocok dilakukan pagi hari atau selepas Sholat Subuh. Selain bisa menikmati sunrise, juga tidak akan menguras tenaga berlebih.
“Keberadaan vegetasi dan rimbunnya pohon-pohon yang masih terjaga, membuat selama perjalanan terasa sejuk,” katanya, Senin (26/4/2021).
Nah, jika di bulan Ramadan ini kalian berkeinginan untuk datang ke Doro Wadu Na’e, disarankan untuk datang tepat setelah salat subuh atau sekitar pukul 05.20 wita.
Pasalnya, waktu tersebut dengan estimati jarak ke puncak membutuhkan waktu sekitar 30 menit sehingga bisa menikmati matahari terbit yang menakjubkan keindahannya.
Jika membawa kendaraan, disarankan untuk parkir di lokasi sebelum tanjakan menuju bukit. Pokdarwis Kelurahan Kandai Satu, menyediakan lokasi parker yang memadai, terutama bagi pengguna kendaraan roda dua.
“Mendaki Doro Wadu Na’e, tidak dipungut biaya. Hanya sekedar menyisihkan uang parkir sebesar Rp5.000, sudah cukup,” tambahnya.
Perjalanan menuju Doro Wadu Na’e akan menyita tenaga yang banyak, perlu banyak istirahat dan mengatur napas sambil menikmati udara pagi yang menyejukan, sehingga puasa tetap terjaga.
Meskipun tantangan menuju puncak cukup berat bagi pemula, jangan menyerah karena ini juga melatih kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa, apalagi bonusnya pemandangan yang cantik sedang menunggu di atas bukit.
Yuli (24), Warga Kelurahan Bada, kecamatan Dompu, mengaku sudah biasa mendaki ke bukit ini pada saat Ramadan. Ia pun tetap menjaga puasanya setiap mendaki Doro Wadu Na’e.
“Dulu malah tidak terasa capek sama sekali, terasa biasalah kalau mendaki, di waktu puasa pun sama,” katanya.
Yuli, mengaku sangat menyukai mendaki Doro Wadu Na’e karena dekat dengan tempat tinggalnya, sehingga mudah dijangkau dan tidak perlu bermain jauh-jauh dari rumah.
Selain karena dekat dengan rumah, suasana di Doro Wadu Na’e sangat menyegarkan dan memiliki pemandangan yang keren untuk melihat Dompu dari ketinggian.
Bagi Yuli, tempat ini juga bisa memberikan inspirasi di kala penat melanda. Keindahannya mampu melepas beban dalam pikiran.
Namun demikian, saat mendaki di bulan Ramadan, disarankan pada pukul 07.00 wita, untuk segera turun. Selain sunrise sudah tidak bisa ditemukan lagi, terik matahari di waktu itu terasa panas.
Namun sayangnya, lokasi yang hanya memiliki diameter 4 meter ini, tidak disediakan camping ground. Selain bisa dijangkau dengan hitungan menit, sepanjang jalur pendakian tidak ada lokasi yang lapang untuk mendirikan tenda.
Kondisi ini akan tetap dijaga pengelola, untuk menjaga keasrian obyek wisata baru di daerah berjuluk “Nggahi rawi Pahu”.
Siapa mau mencoba, wisatawan bisa mencoba di dua pintu masuk. Yakni di Dusun Pandai Desa Kareke dan Kelurahan Kandai Satu.