KBRN, Jakarta: Para pemimpin Asia Tenggara akan mencoba mencari jalan untuk mengakhiri kekerasan dan ketidakstabilan di Myanmar pada pertemuan puncak pada hari Sabtu (24/4/2021) yang diperkirakan akan melibatkan Min Aung Hlaing, jenderal yang bertanggung jawab atas pengambilalihan militer pada Februari yang memicu pertumpahan darah dan kekacauan ekonomi.
Pertemuan para pemimpin 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta merupakan upaya internasional terkoordinasi pertama untuk meredakan krisis di Myanmar, negara miskin yang bertetangga dengan Cina, India dan Thailand, dan diperintah oleh militer dari 1962-2011.
Dengan hadirnya peserta secara langsung meskipun terjadi pandemi, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan pada hari Jumat bahwa KTT tersebut mencerminkan “keprihatinan yang mendalam tentang situasi di Myanmar dan tekad ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari situasi yang sulit ini”.
“Kami berharap (KTT) besok akan mencapai kesepakatan tentang langkah-langkah yang baik bagi rakyat Myanmar,” katanya, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu.
Timpalan Marsudi dari Singapura, Vivian Balakrishnan, yang juga berada di Jakarta, mengatakan para pemimpin ASEAN “akan membahas kebutuhan mendesak untuk menangani situasi yang dalam dan perlu perhatian serius di Myanmar”.
Para diplomat dan pejabat pemerintah yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan banyak pemimpin ASEAN menginginkan komitmen dari Min Aung Hlaing untuk menahan pasukan keamanannya, yang menurut pengamat telah membunuh 745 orang sejak gerakan pembangkangan sipil massal muncul untuk menantang kudeta 1 Februari melawan Pemerintahan Aung San Suu Kyi.
Min Aung Hlaing, yang dalam perjalanan luar negeri pertamanya sejak kudeta, akan berpidato di KTT bersama dengan masing-masing peserta sebelum diskusi informal dimulai, kata tiga sumber yang mengetahui prosedur tersebut.
Hanya beberapa pejabat yang akan hadir pada pertemuan “intim” itu, kata satu sumber.