KBRN, Yangon: Media lokal mengungkap bahwa pada tahun baru Myanmar 17 April, pasukan junta menahan enam orang dari Bangsal No. 4 di Kotapraja Yankin, Yangon.
Dari lokasi tersebut, berdasarkan informasi media yang dikelola militer, pihak militer menyita sejumlah senjata, termasuk bom rakitan bersama enam tahanan. Dalam siaran tersebut tampak foto yang menunjukkan mereka telah dipukuli dengan parah, salah satunya Ma Khin Nyein Thu (31 tahun).
Menurut penuturan ibundanya, Daw Hla Hla Soe, polisi dan tentara tiba pada Sabtu malam dan menggeledah rumah-rumah di lingkungan mereka.
“Putri saya dan lima orang lainnya ditahan. Ini seperti kebanyakan orang. Dia menuntut demokrasi,” ungkap Daw Hla Hla Soe, seperti dikutip dari wawancaranya dengan media lokal, Irrawaddy, Rabu (21/4/2021).
Menurutnya, anaknya sempat mengenyam pendidikan di Inggris sekitar lima tahun, dengan spesialisasi seni pertunjukan, dan sudah berada di Myanmar sejak tujuh tahun lalu.
Saat ditanya soal pemberitaan tentang anaknya yang disiksa, di saluran Myawaddy dan MRTV, ia mengatakan tidak menyaksikan siaran tersebut.
“Saya melihatnya di kantor polisi pada 18 April. Salah satu temannya memberi tahu saya tentang penculikannya. Saya tidak bisa keluar malam itu karena jam malam. Jadi keesokan harinya, saya menunggu di luar kantor polisi Yankin. Saya melihatnya keluar dengan dua petugas polisi,” katanya.
“Saya berteriak ke dia, dan saat dia berbalik dan saya melihat wajahnya. Saya merasakan sakitnya. Dia tidak bisa berjalan dengan baik. Saya mendengar penyiksaan lebih berat di Shwepyithar dan saya khawatir dia menderita sekarang. Saya tidak ingin melihat fotonya. Rumah putri saya dekat dengan kantor polisi jadi saya bergegas ke sana setiap kali saya mendengar dia dipindahkan [ke Shwepyithar],” tambahnya lagi.
Ia mengatakan wajah Ma Khin Nyein Thu memar saat ia menyaksikan pada pagi itu, meski ia hanya dapat menyaksikan dari kejauhan. Menurutnya, anaknya hanya dapat berjalan perlahan dengan wajahnya yang memar.
“Saya bisa merasakan apa yang dia alami sekarang. Saya seorang Kristen dan saya percaya pada Tuhan. Saya berdoa untuknya. Saya tidak berharap banyak tetapi saya ingin dia hidup. Saya berdoa agar mereka semua diselamatkan oleh Tuhan,” harapnya.
“Saya berharap Tuhan mendengar doa saya. Batin saya bersama dengan penderitaan hati orang tua-orang tua lainnya.”