Musim hujan sering kali membawa berbagai risiko kesehatan, salah satunya yang paling mencemaskan adalah demam berdarah. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini bukan hanya menyebabkan demam tinggi, tetapi juga bisa mengancam nyawa jika tidak ditangani secara tepat. Tingkat penyebarannya yang cepat dan potensi fatalitasnya membuat DBD harus diwaspadai oleh semua kalangan, termasuk di Salatiga.
Dalam siaran interaktif ini, Dj Gita Nugraha bersama dr. Prasti Al Hakim dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga akan membahas secara mendalam seputar DBD, penyebabnya, serta inovasi pengendalian terbaru bernama “Stop Jentik” yang melibatkan kolaborasi lintas sektor untuk memberantas sarang nyamuk sejak dini.
Bedanya Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Demam Dengue
Demam dengue dan Demam Berdarah Dengue (DBD) memang disebabkan oleh virus dengue. Namun, Teman Setia perlu memahami bahwa keduanya memiliki tingkat keparahan yang sangat berbeda. Demam dengue adalah bentuk ringan dari infeksi virus dengue. Gejalanya meliputi demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, serta ruam.
Sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan tahap lanjutan yang jauh lebih serius yang mana pasien mengalami tanda-tanda pendarahan seperti mimisan, gusi berdarah, atau bintik merah di kulit, yang disertai penurunan drastis jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit. Sayangnya, turunnya demam sering kali disalah artikan sebagai tanda kesembuhan. Padahal, saat itu justru terjadi kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok dan bahkan kematian jika tidak ditangani segera.
Penting untuk Teman Setia ketahui perbedaan kedua penyakit ini, karena perlunya deteksi dini dan tindakan cepat dalam menentukan dan menyembuhkan penyakitnya. Selain itu, jangan menunggu hingga munculnya gejala perdarahan untuk mendapat tindak lanjut.
▶️ Baca juga: Demam Berdarah Dengue – Apa Saja yang Perlu Kita Ketahui
Kenali Nyamuk Aedes aegypti dan Cara Penyebarannya
Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah vektor utama penyebaran virus dengue. Siklus hidupnya dimulai dari telur yang diletakkan di dinding wadah berisi air, lalu menetas menjadi larva dan pupa dalam hitungan hari, dan akhirnya muncul sebagai nyamuk dewasa hanya dalam waktu sekitar 7–10 hari. Nyamuk betina yang telah terinfeksi virus dengue akan menyebarkannya kepada manusia saat menggigit. Biasanya nyamuk betina aktif mencari mangsa pada saat pagi hari (09.00-10.00) dan sore hari (16.00-17.00).
Penularan juga dapat terjadi pada nyamuk lainnya ketika menggigit manusia yang sudah terinfeksi virus dengue. Dalam kondisi ini, nyamuk yang semula tidak membawa virus akan terinfeksi melalui darah orang yang sedang berada dalam fase viremia, yang mana virus dengue berada dalam sirkulasi darah manusia. Virus membutuhkan waktu inkubasi di dalam tubuh nyamuk selama 8 hingga 12 hari sebelum akhirnya menyebar ke kelenjar ludah nyamuk. Setelah masa ini terlewati, nyamuk tersebut akan menjadi vektor aktif yang mampu menularkan virus dengue ke manusia lainnya setiap kali menggigit.
Menurut CDC, virus dengue tidak menyebabkan penyakit pada nyamuk, sehingga mereka tetap aktif dan hidup normal meskipun membawa virus yang berbahaya bagi manusia. Hal inilah yang menjadikan nyamuk sebagai vektor yang sangat efektif dalam penyebaran penyakit. Selain itu, ibu yang tengah hamil dapat menularkan virus pada janinnya, terlebih bila infeksi tersebut pada saat trimester akhir kehamilan.
▶️ Baca juga: Fakta Unik Nyamuk Aedes aegypti yang Perlu Kamu Tahu!
Strategi “Stop Jentik”, Peran Penting Jumantik, dan Kolaborasi Lintas Sektor untuk Hasil Maksimal
Dalam upaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terus berulang setiap tahun, Pemerintah Kota Salatiga melalui Dinas Kesehatan mencetuskan strategi baru bernama “Stop Jentik”. Lewat strategi ini, menitikberatkan pada pengendalian jentik nyamuk secara rutin dan berkelanjutan di lingkungan masing-masing. Alasannya karena penggunaan fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, jadi telur-telur nyamuk tidak ikut mati kecuali menggunakan konsentrasi insektisida tinggi – tentunya berbahaya bagi manusia.
Salah satu komponen utama dari strategi ini adalah keberadaan Jumantik atau Juru Pemantau Jentik yang bertugas melakukan pemantauan dan pembersihan tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti tandon air, bak mandi, dispenser, vas bunga, hingga tampungan air kulkas. Pemeriksaan dilakukan seminggu sekali mengikuti siklus hidup nyamuk Aedes, yang mampu berkembang dari telur menjadi nyamuk dewasa hanya dalam waktu 7–10 hari.
Peran Jumantik yang vital ini tentunya Pemerintah Kota Salatiga mendorong setiap institusi—mulai dari sekolah, perkantoran, rumah ibadah, hingga perusahaan—untuk menunjuk dan melatih Jumantik di lingkungan masing-masing. Bahkan telah diterbitkan Surat Edaran Wali Kota yang mewajibkan seluruh lembaga memiliki tim Jumantik mandiri.
Melalui program Stop Jentik ini, Pemerintah berharap masyarakat tidak hanya menjadi objek sosialisasi, tetapi juga pelaku utama dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari jentik nyamuk. Kolaborasi seperti ini diyakini dapat meningkatkan angka bebas jentik di Salatiga secara signifikan. Meski belum ada sanksi bagi institusi yang lalai, setiap minggu dilakukan pelaporan dan verifikasi lapangan untuk memastikan data valid dan tindak lanjut bisa dilakukan tepat sasaran. Dengan keterlibatan aktif dari seluruh elemen masyarakat, termasuk Teman Setia, pengendalian DBD tidak lagi menjadi tanggung jawab sektor kesehatan semata, tetapi menjadi gerakan bersama yang terukur dan berkelanjutan.
Dengan memahami bahayanya DBD dan pentingnya pemantauan jentik, Teman Setia diharapkan berpartisipasi aktif mencegah penyebaran penyakit ini sejak dari sumbernya. Peran Jumantik yang konsisten memantau lingkungan, ditambah kolaborasi lintas sektor yang solid, menjadi fondasi utama dalam menciptakan Kota Salatiga yang lebih sehat dan tangguh menghadapi ancaman DBD.
Sudah saatnya kita tidak hanya menunggu tindakan dari petugas kesehatan, tetapi juga ikut berperan sebagai penggerak perubahan di lingkungan masing-masing. Ingat, pengendalian nyamuk bukan pekerjaan sesaat, melainkan tanggung jawab bersama yang harus dilakukan secara rutin, terukur, dan berkelanjutan.
No responses yet