Ada pepatah mengatakan ‘lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal kemudian’ alias mencegah lebih baik dari pada mengobati? Karena setiap penyakit selalu diketahui terlambat akibat kita tidak memeriksanya lebih awal. Padahal, ada banyak kondisi yang sebenarnya bisa dicegah atau ditangani lebih ringan jika terdeteksi sejak awal. Salah satunya adalah kanker serviks, penyakit yang kerap dijuluki silent killer karena hampir tidak menimbulkan gejala di tahap awal.
Kesempatan NGOBRAS kali ini, Dj. Gita Nugraha bersama Anisah Munawaroh, A.Md.Keb., SKM dari Puskesmas Mangunsari akan membahas seputar kanker serviks, mulai dari penyebab, gejala, hingga pentingnya pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) sebagai langkah deteksi dini yang sederhana namun efektif.
Apa Itu Kanker Serviks?
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim (bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina) dan umumnya disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV). Banyak faktor penyebaran virus ini, namun penularan yang paling umum lewat dari hubungan seksual.
Ada lebih dari 200 jenis virus HPV, namun hanya beberapa tipe yang berisiko tinggi menyebabkan kanker serviks. Infeksi HPV bisa menetap dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala. Inilah yang membuat kanker serviks disebut silent killer—karena perempuan yang terinfeksi sering kali tidak merasakan keluhan apa pun sampai penyakit ini sudah memasuki stadium lanjut.
Berdasarkan data WHO tahun 2022, secara global kanker serviks menepati posisi keempat sebagai kanker yang menyerang wanita dengan perkiraan 660.000 wanita terdiagnosis dan 350.000 meninggal akibatnya. Sedangkan di Indonesia sendiri, kanker serviks menempati posisi kedua dengan setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 36.000 kasus baru yang terdeteksi. Namun, 70% kasusnya baru diketahui setelah stadium lanjut.
Kenapa Harus Tes IVA?

Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan salah satu cara deteksi dini kanker serviks yang sederhana, cepat, dan efektif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoleskan larutan asam asetat (cuka) pada leher rahim. Jika ada sel yang terinfeksi HPV, area tersebut akan berubah warna menjadi putih sehingga bisa langsung terlihat oleh tenaga kesehatan.
Alasan utama mengapa tes IVA penting karena kanker serviks sering tidak menimbulkan gejala di tahap awal. Dengan IVA, perempuan bisa mengetahui kondisi leher rahim sejak dini tanpa harus menunggu timbulnya keluhan. Pemeriksaan ini juga relatif murah bahkan gratis di puskesmas, sehingga dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
Selain itu, hasil tes IVA bisa langsung diketahui pada saat pemeriksaan, berbeda dengan metode lain yang memerlukan waktu lebih lama. Bila hasil negatif, pemeriksaan cukup diulang setahun sekali. Namun, jika positif, pasien akan mendapatkan tindak lanjut berupa pemeriksaan ulang tiga bulan kemudian atau tindakan krioterapi untuk menghentikan perkembangan virus.
IVA vs Pap Smear: Apa Bedanya?
Mungkin masih banyak yang bingung apa perbedaan antara tes IVA dan Pap smear. Keduanya memang sama-sama digunakan untuk mendeteksi dini kanker serviks, namun ada sedikit perbedaan.
IVA dilakukan dengan cara sederhana, yakni mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim. Perubahan warna jaringan akan langsung terlihat dan hasil pemeriksaan bisa diketahui saat itu juga. Inilah yang membuat IVA lebih praktis, cepat, dan murah.
Sementara itu, Pap smear adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Tes ini bisa menunjukkan perubahan sel yang berpotensi berkembang menjadi kanker. Hasil Pap smear biasanya tidak bisa langsung diketahui karena harus melalui analisis di laboratorium, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan IVA.
Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. IVA cocok untuk program deteksi dini massal karena praktis, murah, dan hasilnya cepat diketahui. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di puskesmas dan tidak memerlukan peralatan canggih. Namun, IVA hanya bisa mendeteksi adanya perubahan pada jaringan, tidak bisa memastikan jenis atau tingkat keparahan sel abnormal.
Sebaliknya, Pap smear memberikan informasi lebih detail mengenai kondisi sel dan risiko kanker, tetapi biayanya relatif lebih mahal dan fasilitas pemeriksaannya lebih terbatas, biasanya tersedia di rumah sakit atau klinik besar. Oleh karena itu, Pap smear sering dipadukan dengan tes HPV DNA untuk memberikan gambaran yang lebih akurat.
▶️ Baca juga: Jangan Tunggu Sakit: Kenali Pentingnya Vaksin HPV dan Pap Smear untuk Cegah Kanker Serviks
Siapa Saja yang Harus Periksa IVA?

Pemeriksaan IVA dianjurkan bagi semua perempuan yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan seksual, karena kelompok ini memiliki risiko lebih besar terpapar infeksi HPV. Meski begitu, perempuan yang belum menikah juga tetap perlu menyadari bahwa kanker serviks bisa mengintai siapa saja, terutama bila daya tahan tubuh lemah. Idealnya, pemeriksaan dilakukan rutin mulai usia produktif hingga sebelum menopause. Sementara bagi perempuan yang sudah menopause, pemeriksaan bisa dilanjutkan dengan metode HPV DNA.
Sebelum melakukan pemeriksaan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pasien sebaiknya tidak berhubungan seksual selama dua hari sebelum pemeriksaan, tidak sedang menstruasi, serta tidak menggunakan produk pewangi pada area kewanitaan. Di Puskesmas Mangunsari, pemeriksaan dijadwalkan setiap hari Senin dan Rabu (hari Rabu digabung bersama pelayanan KB). Sayangnya, kesadaran masyarakat masih rendah — banyak perempuan enggan memeriksakan diri karena rasa malu atau takut.
▶️ Baca juga: BIAS: Pentingnya Imunisasi Anak Sekolah untuk Masa Depan yang Lebih Sehat
Gejala Kanker Serviks yang Harus Diwaspada
Gejala baru muncul ketika penyakit sudah masuk stadium lanjut. Dilansir dari beberapa sumber, berikut beberapa tanda yang perlu diwaspadai:
- Pendarahan di luar siklus haid, misalnya setelah berhubungan seksual atau setelah menopause
- Keputihan yang tidak normal, berbau menyengat, atau bercampur darah
- Rasa sakit saat berhubungan intim
- Nyeri di area panggul atau punggung bagian bawah
- Mudah lelah, turunnya nafsu makan, dan berat badan menurun
- Kaki atau tungkai bengkak
- Rasa tidak nyaman pada vagina
Menjaga kesehatan bukanlah sesuatu yang bisa ditunda. Jadi, jangan malu ataupun ragu untuk memeriksakan diri, karena melalui deteksi dini maupun pemeriksaan rutin lainnya, setiap perempuan memiliki kesempatan lebih besar untuk mencegah penyakit ini berkembang ke tahap yang lebih serius.
Terlebih kesehatan adalah investasi jangka panjang. Ayo peduli pada diri sendiri, demi kehidupan yang lebih sehat dan masa depan yang lebih panjang!
No responses yet