
Update: Salatiga LitFest 2025 akan dilaksanakan pada 27-30 Agustus 2025 di Gedung Korpri Kota Salatiga.
Bunda Literasi: Menggerakkan Literasi dari Keluarga
Gerakan literasi tidak hanya dilakukan lewat perpustakaan dan festival buku saja, Teman Setia. Tapi, juga harus dimulai dari keluarga. Di sinilah peran Bunda Literasi menjadi penting. Figur ini hadir mulai dari tingkat kota, kecamatan, kelurahan, hingga posyandu, dengan tujuan mengajak orang tua untuk membiasakan anak-anak mereka dekat dengan buku sejak usia dini.
Salah satu program yang dijalankan adalah SINISA (Sistem Informasi Literasi Anak Usia Dini), yang mendorong kebiasaan membacakan buku sebelum tidur. Anak-anak balita bahkan mendapatkan tiga buku gratis untuk dibaca bersama keluarga di rumah. Langkah ini tidak hanya menanamkan kecintaan membaca, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Kehadiran Bunda Literasi juga mempermudah penyebaran informasi dan pelaksanaan kegiatan literasi di tingkat komunitas. Melalui pendekatan yang hangat dan personal, pesan tentang pentingnya membaca dapat sampai langsung ke masyarakat. Tidak heran, program ini dinilai efektif untuk membentuk budaya literasi sejak dini yang tentunya akan menopang visi besar Salatiga sebagai Kota Literasi Internasional.
Peta Jalan Menuju Kota Literasi Dunia
Untuk mewujudkan Salatiga sebagai City of Literacy yang diakui dunia, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dinpersip) bersama para pemangku kepentingan telah menyusun Roadmap Salatiga City of Literacy. Dokumen strategis ini menjadi panduan dalam mengembangkan program-program literasi yang terarah, holistik, dan berkelanjutan.
Roadmap ini menggunakan pendekatan pentahelix, yakni kolaborasi lima unsur penting:
- Pemerintah – menyediakan dukungan anggaran, regulasi, infrastruktur, dan kerja sama lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
- Akademisi – melakukan kajian, penelitian, serta pelatihan literasi sebagai bentuk pengabdian masyarakat, termasuk penerbitan buku-buku konten lokal.
- Pelaku Bisnis – meningkatkan peran pelaku usaha dalam meningkatkan literasi.
- Komunitas – menjadi motor penggerak kegiatan literasi di tingkat akar rumput, mulai dari taman baca hingga klub buku.
- Media – menyebarluaskan informasi, mengedukasi masyarakat, dan memperkuat citra Salatiga sebagai kota literasi.
Tujuan besar dari peta jalan ini bukan hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga membangun ekosistem literasi yang mampu melahirkan penulis dan karya lokal, serta mendukung berdirinya percetakan dan penerbitan di Salatiga. Dengan begitu, kota ini tidak hanya menjadi konsumen buku, tetapi juga produsen karya literasi yang bernilai.
Lebih jauh lagi, Salatiga menargetkan pengakuan dari UNESCO sebagai Kota Literasi Dunia. Status ini akan menempatkan Salatiga sejajar dengan kota-kota literasi internasional lainnya, sekaligus membuka peluang pertukaran pengetahuan, kerja sama global, dan promosi budaya lokal di tingkat dunia.
Dengan segala inovasi, prestasi, dan kolaborasi yang telah dijalankan, Salatiga semakin mantap melangkah menuju predikat Kota Literasi Dunia. Mulai dari transformasi perpustakaan, festival literasi yang berjejaring internasional, peran Bunda Literasi di setiap lapisan masyarakat, hingga peta jalan strategis yang melibatkan semua unsur, semuanya menunjukkan komitmen yang tidak main-main.
Tapi, keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada pemerintah atau komunitas saja, kita semua, sebagai warga Kota Salatiga punya peran penting di dalamnya. Jadi, ayo terus membaca, berbagi pengetahuan, dan mendukung gerakan literasi, agar mimpi besar menjadikan Salatiga pusat literasi yang membanggakan di mata dunia bisa benar-benar terwujud.
Teman Setia pernahkah terpikirkan bagaimana rasanya tinggal di sebuah kota yang benar-benar menjadikan membaca dan belajar sebagai bagian dari gaya hidup warganya? Di tengah derasnya arus informasi digital, memiliki masyarakat yang gemar membaca dan mampu mengelola informasi menjadi salah satu kekuatan penting untuk kemajuan daerah. Dan kabar baiknya, Salatiga termasuk kota yang tengah serius mewujudkan hal tersebut, loh!
Kali ini, Dj. Gita Nugraha berbincang dengan Adhitiyo Heru, S.E., M.M., dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dinpersip) Kota Salatiga yang mengulas langkah-langkah strategis dan inovasi yang telah dilakukan untuk menjadikan Salatiga sebagai City of Literacy — sebuah visi besar yang tidak hanya berlaku secara nasional, tetapi juga menargetkan pengakuan internasional.
Perpustakaan yang Bertransformasi Menjadi Pusat Inovasi Literasi
Dulu, perpustakaan identik dengan tumpukan buku dan ruangan yang sepi. Kini, Perpustakaan Umum Kota Salatiga sudah berubah menjadi pusat kegiatan yang memberdayakan masyarakat. Dengan akreditasi A dan status rujukan nasional, perpustakaan daerah berusaha memberikan pelayanan dan iovasi terbaik yang tentunya juga berbasis teknologi.
Bila Teman Setia datang ke gedung perpustakaan daerah, ada beberapa fasilitas yang bisa digunakan seperti ruang baca rooftop, John Manopo Center (ruang fiksi, ruang referensi, dan layanan komputer), terdiri dari ruang anak, braile dan podcast, serta taman literasi yang tersedia bahan bacaan secara digital maupun konvensional, gazebo, mini zoo, amphie teater dan pusat kegiatan.
Dalam layanan berbasis teknologi terdapat seperti virtual library, aplikasi e-Salatiga, pemindaian barcode (moca-moco), hingga layanan braille yang berkolaborasi dengan komunitas difabel. Bahkan, ada program penjemputan buku untuk memudahkan akses bagi masyarakat yang membutuhkan.
Prestasi Literasi yang Membanggakan
Untuk mendapatkan akreditasi A tentunya tidaklah mudah, Teman Setia karena ada beberapa penilaian yang harus dipenuhi. Namun, kita sebagai masyarakat Kota Salatiga patut berbangga karena berdasarkan penilaian Perpustakaan Nasional RI, pada 2024 Salatiga meraih skor 100 pada Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) — kategori tertinggi dan skor 65,03 pada Tingkat Kegemaran Membaca (TGM), yang juga termasuk tinggi.
Di Jawa Tengah, pencapaian ini hanya diraih oleh Salatiga dan Magelang. Angka ini menjadi bukti bahwa upaya pengembangan literasi di Salatiga berjalan efektif dan mendapat respons positif dari masyarakat.
Festival Literasi: Ajang Meriah dan Berjejaring Internasional

Salah satu cara Salatiga membangun budaya membaca adalah melalui festival literasi (Salatiga LitFest) tahunan yang diadakan sekitar Agustus atau September. Acara ini diisi oleh komunitas literasi, pameran buku, lokakarya, dan penampilan seni. Yang menarik, festival ini pernah menggandeng Frankfurt Book Fair, pameran buku terbesar di dunia yang berbasis di Jerman. Tahun lalu, ketua Frankfurt Book Fair, Claudia Kaiser, sempat datang memberikan workshop khusus bagi para pegiat literasi.
Yang membedakan Salatiga dari kota lain adalah kemampuannya menggandeng festival berskala dunia seperti Frankfurt Book Fair. Tentu ini bukan hal yang mudah, sebab hingga kini, di Indonesia baru Kota Salatiga saja yang mampu melakukannya. Kolaborasi semacam ini menunjukkan bahwa literasi di Salatiga tidak berhenti di level lokal, melainkan sudah menembus panggung internasional.
Nah, bagi pecinta buku jangan sampai ketinggalan, nih! Teman Setia bisa selalu update info di @dinpersipsalatiga.
Update: Salatiga LitFest 2025 akan dilaksanakan pada 27-30 Agustus 2025 di Gedung Korpri Kota Salatiga.
Bunda Literasi: Menggerakkan Literasi dari Keluarga
Gerakan literasi tidak hanya dilakukan lewat perpustakaan dan festival buku saja, Teman Setia. Tapi, juga harus dimulai dari keluarga. Di sinilah peran Bunda Literasi menjadi penting. Figur ini hadir mulai dari tingkat kota, kecamatan, kelurahan, hingga posyandu, dengan tujuan mengajak orang tua untuk membiasakan anak-anak mereka dekat dengan buku sejak usia dini.
Salah satu program yang dijalankan adalah SINISA (Sistem Informasi Literasi Anak Usia Dini), yang mendorong kebiasaan membacakan buku sebelum tidur. Anak-anak balita bahkan mendapatkan tiga buku gratis untuk dibaca bersama keluarga di rumah. Langkah ini tidak hanya menanamkan kecintaan membaca, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Kehadiran Bunda Literasi juga mempermudah penyebaran informasi dan pelaksanaan kegiatan literasi di tingkat komunitas. Melalui pendekatan yang hangat dan personal, pesan tentang pentingnya membaca dapat sampai langsung ke masyarakat. Tidak heran, program ini dinilai efektif untuk membentuk budaya literasi sejak dini yang tentunya akan menopang visi besar Salatiga sebagai Kota Literasi Internasional.
Peta Jalan Menuju Kota Literasi Dunia
Untuk mewujudkan Salatiga sebagai City of Literacy yang diakui dunia, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dinpersip) bersama para pemangku kepentingan telah menyusun Roadmap Salatiga City of Literacy. Dokumen strategis ini menjadi panduan dalam mengembangkan program-program literasi yang terarah, holistik, dan berkelanjutan.
Roadmap ini menggunakan pendekatan pentahelix, yakni kolaborasi lima unsur penting:
- Pemerintah – menyediakan dukungan anggaran, regulasi, infrastruktur, dan kerja sama lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
- Akademisi – melakukan kajian, penelitian, serta pelatihan literasi sebagai bentuk pengabdian masyarakat, termasuk penerbitan buku-buku konten lokal.
- Pelaku Bisnis – meningkatkan peran pelaku usaha dalam meningkatkan literasi.
- Komunitas – menjadi motor penggerak kegiatan literasi di tingkat akar rumput, mulai dari taman baca hingga klub buku.
- Media – menyebarluaskan informasi, mengedukasi masyarakat, dan memperkuat citra Salatiga sebagai kota literasi.
Tujuan besar dari peta jalan ini bukan hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga membangun ekosistem literasi yang mampu melahirkan penulis dan karya lokal, serta mendukung berdirinya percetakan dan penerbitan di Salatiga. Dengan begitu, kota ini tidak hanya menjadi konsumen buku, tetapi juga produsen karya literasi yang bernilai.
Lebih jauh lagi, Salatiga menargetkan pengakuan dari UNESCO sebagai Kota Literasi Dunia. Status ini akan menempatkan Salatiga sejajar dengan kota-kota literasi internasional lainnya, sekaligus membuka peluang pertukaran pengetahuan, kerja sama global, dan promosi budaya lokal di tingkat dunia.
Dengan segala inovasi, prestasi, dan kolaborasi yang telah dijalankan, Salatiga semakin mantap melangkah menuju predikat Kota Literasi Dunia. Mulai dari transformasi perpustakaan, festival literasi yang berjejaring internasional, peran Bunda Literasi di setiap lapisan masyarakat, hingga peta jalan strategis yang melibatkan semua unsur, semuanya menunjukkan komitmen yang tidak main-main.
Tapi, keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada pemerintah atau komunitas saja, kita semua, sebagai warga Kota Salatiga punya peran penting di dalamnya. Jadi, ayo terus membaca, berbagi pengetahuan, dan mendukung gerakan literasi, agar mimpi besar menjadikan Salatiga pusat literasi yang membanggakan di mata dunia bisa benar-benar terwujud.
No responses yet