Banyak dari kita mungkin pernah mengalami situasi di mana badan terasa tak enak, lalu buru-buru minum obat warung tanpa membaca aturan pakai. Padahal, obat bukan sekadar benda kecil yang bisa langsung menyembuhkan—ada cara pakai, dosis, waktu konsumsi, hingga interaksi dengan makanan yang perlu diperhatikan. Kalau sembarangan, alih-alih sembuh, bisa-bisa malah memperparah kondisi tubuh.

NGOBRAS kali ini Dj Gita Nugraha akan membahas pentingnya peran apoteker dalam memastikan keamanan penggunaan obat bersama dengan Apt. Wahyu Dasi Purnaning Sari, S.Far yang merupakan apoteker dari RSUD Kota Salatiga.

Apa Itu Apoteker dan Mengapa Perannya Penting?

Saat mendengar kata “apoteker”, sebagian orang mungkin langsung membayangkan sosok berseragam putih yang berdiri di balik meja apotek, memberikan obat yang sudah diresepkan dokter. Tapi, tahukah Teman Setia bahwa peran apoteker jauh lebih luas dari itu? Apoteker bukan hanya petugas yang mengambilkan obat dari rak, melainkan tenaga profesional kesehatan yang memiliki keahlian mendalam di bidang farmasi. Mereka terlibat dalam setiap tahap perjalanan obat, mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, pengawasan mutu, distribusi, hingga edukasi kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang tepat.

Ilustrasi apoteker sedang melayani pasien (Getty Images/unsplash+)

Menurut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), apoteker berperan sebagai penghubung penting antara dokter dan pasien, khususnya dalam memastikan bahwa pengobatan yang diberikan berjalan efektif dan aman. Mereka memberikan informasi detail tentang efek samping, interaksi obat dengan makanan atau obat lain, serta cara menyimpan obat agar tidak rusak atau kehilangan khasiat. Di rumah sakit, apoteker bahkan ikut dalam proses visitasi pasien dan berkolaborasi langsung dengan tim medis lainnya. Dengan begitu, terapi pasien bisa dikawal dengan lebih akurat dan personal.

Sayangnya, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami pentingnya berkonsultasi dengan apoteker. Padahal, kesalahan dalam penggunaan obat masih sering terjadi, mulai dari dosis yang keliru, konsumsi obat yang seharusnya dihindari dengan makanan tertentu, hingga penyimpanan obat yang salah. Di sinilah apoteker hadir sebagai garda terdepan untuk memastikan obat tidak hanya tersedia, tapi juga digunakan dengan benar. Maka dari itu, jangan ragu untuk bertanya kepada apoteker setiap kali Teman Setia menerima obat. Peran mereka bukan pelengkap, tapi justru kunci dari keberhasilan pengobatanmu.

Apoteker di Rumah Sakit Bukan Cuma Duduk di Apotek

Di RSUD Kota Salatiga, apoteker memiliki dua peran utama: sebagai manajer farmasi dan sebagai farmasis klinis. Yang pertama bertugas mengelola obat dan alat kesehatan, seperti selang infus hingga masker oksigen. Yang kedua terlibat langsung dalam pemantauan terapi pasien, memberikan edukasi obat, dan bahkan ikut dalam visitasi bersama dokter dan perawat.

Pendek kata, apoteker bukan hanya “penjaga obat” di belakang meja. Mereka bagian dari tim medis yang bertanggung jawab atas keberhasilan pengobatan pasien.

Panduan Cerdas Gunakan Obat: Bedanya Generik dan Paten, Logo Kemasan, hingga Cara Menyimpan yang Benar

Ilustrasi berbagai bentuk obat-obatan (Aleksandar Pasaric/pexel)

Masih banyak masyarakat yang bingung membedakan obat generik dan obat bermerek (paten). Salah kaprah yang umum adalah anggapan bahwa obat generik tidak seampuh obat paten. Padahal, menurut BPOM RI, keduanya memiliki kandungan zat aktif yang sama dan diuji secara ketat sebelum diedarkan. Yang membedakan hanyalah nama dagang, harga, dan kemasan. Jadi, jangan ragu menggunakan obat generik, apalagi jika sudah disarankan oleh dokter atau apoteker.

Selain mengenal jenis obat, penting juga untuk memahami arti logo warna pada kemasan obat. Logo ini bukan sekadar desain visual, tapi menjadi penanda penting tentang cara mendapatkannya. Obat dengan logo hijau (obat bebas) bisa dibeli tanpa resep dan aman digunakan sendiri, contohnya obat flu atau paracetamol. Logo biru menandakan obat bebas terbatas, yang masih bisa dibeli tanpa resep tetapi harus digunakan dengan lebih hati-hati. Sementara itu, logo merah dengan huruf K adalah obat keras—termasuk antibiotik dan obat penenang—yang hanya boleh dibeli dengan resep dokter. Memahami simbol ini membantu kita tidak sembarangan membeli obat yang bisa berisiko bagi kesehatan.

Tak kalah penting, masyarakat juga perlu memahami prinsip DAGUSIBU: Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang obat dengan benar. Dapatkanlah obat dari fasilitas resmi seperti apotek, puskesmas, atau rumah sakit agar mutu dan keasliannya terjamin. Gunakan obat sesuai anjuran waktu, dosis, dan aturan pakai yang diberikan apoteker. Simpan obat di tempat sejuk, kering, jauh dari sinar matahari, dan jauh dari jangkauan anak-anak—biasanya di suhu ruangan 15–30°C atau di kulkas (bukan freezer) untuk obat tertentu. Sementara untuk obat yang sudah kadaluarsa atau tidak lagi digunakan, buanglah dengan benar. Obat tablet bisa dihancurkan lalu dibungkus sebelum dibuang, sedangkan obat cair bisa dibuang ke saluran air dan kemasannya digunting agar tidak disalahgunakan.

Tanya Obat Lewat Instagram? Bisa!

Di era digital seperti sekarang, hampir semua kebutuhan bisa diakses secara daring—termasuk informasi soal obat-obatan. Menjawab kebutuhan ini, RSUD Kota Salatiga meluncurkan program Pelayanan Informasi Obat (PIO) yang bisa diakses melalui akun Instagram @pio.rsud.salatiga. Melalui platform ini, masyarakat bisa langsung bertanya seputar obat, mulai dari cara pakai, efek samping, interaksi obat dengan makanan, hingga rekomendasi penggunaan obat yang lebih aman. 

Menariknya lagi, layanan ini tidak dipungut biaya dan bisa dilakukan dari mana saja tanpa harus antre di rumah sakit. Cukup kirim pesan langsung (DM), pertanyaan akan diteruskan kepada apoteker yang siap memberikan informasi sesuai kebutuhan pasien. Jika dibutuhkan, komunikasi bisa dilanjutkan via WhatsApp untuk diskusi lebih detail.

Program ini hadir sebagai solusi praktis dan responsif di tengah kesibukan masyarakat yang kerap kesulitan mengakses layanan kesehatan secara langsung. Selain memberikan kemudahan, PIO juga menjadi bentuk edukasi publik yang sangat penting—karena banyak orang yang masih mengandalkan info obat dari internet tanpa filter yang jelas. Harapannya, akun ini tak hanya menjadi tempat bertanya, tapi juga menjadi kanal edukasi kesehatan yang aktif dan terpercaya. Setiap pekan, tim PIO rutin membagikan konten seputar tips penggunaan obat, mitos dan fakta obat generik, hingga tata cara menyimpan dan membuang obat yang aman.

Dalam kondisi sakit, keinginan untuk segera sembuh tentu hal yang wajar. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan obat tidak boleh dilakukan sembarangan. Setiap obat memiliki aturan pakai, dosis, serta kemungkinan efek samping dan interaksi dengan makanan yang perlu diperhatikan. Untuk itu, berkonsultasi dengan apoteker menjadi langkah bijak agar obat yang dikonsumsi benar-benar aman dan efektif.

Melalui layanan Pelayanan Informasi Obat (PIO) dari RSUD Kota Salatiga, Teman Setia bisa mendapatkan informasi akurat langsung dari apoteker hanya dengan mengakses Instagram. Jadi, jika kamu masih ragu atau bingung dengan obat yang sedang dikonsumsi, jangan tunggu sampai keliru. Cukup buka Instagram, kirim pesan ke @pio.rsud.salatiga, dan tanyakan langsung pada apotekernya. Semudah itu, kan? Yuk, jadi pengguna obat yang bijak mulai hari ini.

Please follow and like us:
Pin Share

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow by Email
Instagram
Telegram