Keluarga adalah fondasi utama sebuah masyarakat. Dari keluarga yang sehat, bahagia, dan berkualitas, lahir generasi penerus yang mampu membawa perubahan positif. Nah, inilah yang coba diwujudkan lewat program Kampung Keluarga Berkualitas (KKB), sebuah gerakan yang tidak hanya fokus pada pembangunan keluarga, tetapi juga peduli pada perempuan dan anak.

Pada dialog interaktif kali ini, Dj Gita Nugraha berbincang dengan Yuni Ambarwati, S.H. dan Sumarno, S.Ag., MM. dari DP3APPKB Kota Salatiga yang mengupas tuntas tentang bagaimana KKB dijalankan, apa saja manfaatnya, hingga kaitannya dengan program Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).

Apa Itu Kampung Keluarga Berkualitas?

Kampung Keluarga Berkualitas atau KKB bisa dibilang sebagai gerakan bersama di tingkat desa atau kelurahan. Gerakan ini dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh dengan tujuan memperkuat peran keluarga dalam semua dimensinya. Tujuan akhirnya jelas: meningkatkan kualitas manusia, keluarga, sekaligus masyarakat.

KKB juga hadir sebagai bagian dari pendekatan pembangunan yang bersifat universal. Artinya, program ini tidak hanya bicara soal keluarga kecil, tetapi juga soal bagaimana keluarga bisa menjadi kuat, mandiri, dan mampu menghadapi tantangan zaman. Karena itu, penyelenggaraan KKB perlu didorong di setiap desa atau kelurahan.

Supaya lebih mantap, program ini punya landasan hukum yang jelas. Pertama, Surat Edaran Mendagri Nomor 440/70/SJ tahun 2016 tentang pencanangan dan pembentukan Kampung KB di seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Lalu diperkuat lagi dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2022 tentang optimalisasi penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas.

Tujuan dan Sasaran Program

Ilustrasi ibu-ibu dan anaknya yang sedang berkumpul (Maximus Beaumont/unsplash)

Tujuan utama KKB adalah mendorong lahirnya keluarga yang berkualitas dalam arti yang sesungguhnya—keluarga yang sehat, harmonis, sejahtera, serta mampu mendukung tumbuh kembang generasi berikutnya. Dari keluarga yang kuat inilah, masyarakat bisa bergerak maju dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerah hingga nasional.

Untuk mewujudkan tujuan itu, ada beberapa sasaran utama yang menjadi fokus KKB di tingkat kelurahan, yaitu:

  • Meningkatkan kualitas layanan kependudukan agar data lebih akurat dan mudah diakses masyarakat.
  • Mendorong perubahan perilaku positif di keluarga, baik dalam pola asuh anak, kesehatan, maupun kehidupan sehari-hari.
  • Memperluas layanan rujukan keluarga di bidang kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan sosial, supaya keluarga tidak berjalan sendiri ketika menghadapi masalah.
  • Menciptakan lingkungan keluarga yang lebih layak dan sehat, misalnya dengan akses air bersih dan sanitasi yang memadai.

Perjalanan KKB di Kota Salatiga

Salatiga bisa dibilang punya perjalanan yang cukup menarik, loh Teman Setia. Program ini tidak muncul tiba-tiba dalam jumlah besar, tetapi tumbuh secara bertahap. Tahun 2016, KKB baru ada satu lokasi percontohan. Setahun kemudian, jumlahnya meningkat menjadi lima kelurahan: Kauman Kidul, Blotongan, Tingkir Lor, Kumpulrejo, dan Kecandran.

Seiring dengan adanya kebijakan dari pusat, khususnya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2022, target pun semakin jelas: semua kelurahan di Salatiga harus menjadi Kampung Keluarga Berkualitas. Hasilnya, sampai sekarang sudah ada 23 kelurahan yang masuk dalam kategori KKB dengan kepengurusan masing-masing di bawah SK Camat.

Menariknya, tidak semua kelurahan berada pada level yang sama. Dari total 23 kelurahan tersebut, ada 9 yang masih berada di tingkat dasar, 5 sudah berkembang, 3 masuk kategori mandiri, dan 6 berhasil mencapai tahap berkelanjutan. Perbedaan tingkatan ini menunjukkan progres masing-masing kelurahan, namun semuanya tetap bergerak ke arah yang sama: menciptakan keluarga yang lebih kuat dan masyarakat yang lebih berkualitas.

Bagaimana Tahapannya dan Dukungan untuk KKB?

Pembentukan KKB tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui tahapan yang jelas. Dimulai dengan pemetaan potensi wilayah, pembentukan Pokja KKB berisi kader serta tokoh masyarakat, penetapan SK Camat, hingga sosialisasi ke warga. Setelah itu, program dijalankan lewat empat bidang utama: penyediaan data kependudukan, perubahan perilaku keluarga, layanan dan rujukan, serta penataan lingkungan.

Di Salatiga, pelaksanaan KKB dilakukan dengan variasi kegiatan sesuai potensi wilayah. Misalnya, Tingkir Lor mengembangkan wisata melalui Pokdarwis, sementara Kumpulrejo mendukung UMKM susu sapi lewat UPPKA. Ada juga percepatan penurunan stunting melalui program DASHAT yang dijalankan di berbagai kelurahan.

Agar berjalan berkesinambungan, KKB mendapat dukungan dari banyak pihak seperti PKK, Dawis, Pokdarwis, Kelsi, hingga kelompok masyarakat lain. Selain itu, ada berbagai atribut pendukung seperti Rumah Data Kependudukan, Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA), dan kelompok binaan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Lansia (BKL), Bina Keluarga Remaja (BKR), serta Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R). Dukungan inilah yang membuat KKB di Salatiga benar-benar hidup, karena digerakkan oleh masyarakat sendiri dengan pendampingan pemerintah.

DRPPA: Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Ilustrasi seorang ibu muda menggendong anaknya (Maximus Beaumont/unsplash)

Secara sederhana, DRPPA adalah desa atau kelurahan yang tata kelola pemerintahannya berperspektif gender dan hak anak. Jadi, dalam setiap kebijakan maupun kegiatan pembangunan, kebutuhan perempuan dan anak selalu diperhitungkan. Mulai dari keterwakilan perempuan dalam lembaga desa, data terpilah tentang perempuan dan anak, perlindungan dari kekerasan, hingga pencegahan perkawinan usia dini.

Di Salatiga, DRPPA sedang dalam proses integrasi dengan program KKB. Tujuannya supaya tidak memberatkan kelurahan dengan banyak program terpisah, melainkan menyatukan indikator DRPPA ke dalam KKB. Dengan begitu, penguatan keluarga, perlindungan perempuan, dan pemenuhan hak anak bisa berjalan beriringan.

Indikator DRPPA sendiri cukup luas, antara lain: tersedianya data tentang perempuan dan anak, adanya aturan atau kebijakan yang melindungi mereka, keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan, meningkatnya jumlah perempuan wirausaha, hingga terciptanya sistem pengasuhan anak yang aman dan berbasis hak anak.

Dengan integrasi ini, Salatiga diharapkan bisa mewujudkan kelurahan yang tidak hanya berkualitas secara program keluarga, tetapi juga benar-benar ramah terhadap perempuan dan peduli pada tumbuh kembang anak. Pada akhirnya, semua ini bermuara pada satu tujuan besar, yaitu membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan siap menuju Indonesia Emas 2045.

Melihat perjalanan Kampung Keluarga Berkualitas yang kini terintegrasi dengan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak, jelas bahwa pembangunan tidak lagi hanya soal infrastruktur, tapi juga tentang manusia di dalamnya. Keluarga yang berkualitas, perempuan yang berdaya, dan anak-anak yang terlindungi adalah kunci menuju masyarakat yang lebih kuat dan sejahtera. Dengan dukungan semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, maupun generasi muda, Salatiga bisa menjadi contoh bagaimana program ini dijalankan secara nyata dan berkesinambungan. Harapannya, langkah kecil dari tiap kelurahan ini bisa membawa dampak besar menuju tercapainya Indonesia Emas 2045.

Please follow and like us:
Pin Share

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow by Email
Instagram
Telegram